Sunday, January 31, 2021

Manusia Dan Kesehatan Lingkungan Dalam Perspektif Al-Qur'an #End

 Bismillahirrahmanirrahiim....

.

Penutup

    Seseorang akan menjadi buta hati, mata dan telinganya manakala tidak lagi peka dan sensitif terhadap lingkunganya. Pada saat itulah analisisnya tumputl. Ia tak lagi dapat membaca fenomena sosial serta tidak mampu memperlihatkan eksistensinya sebagai khalifah di muka bumi. Maka, cepat atau lambat akan menurunkan derajat kemnausiaannya menjadi sejajar dengan binatang, malah lebih hina dari itu. (QS. al-A'raf : 179).

     Seorang muslim yang peka terhadap lingkungannya akan terisak meneteskan air mata dikala malam telah meninggalkannya. tetapi, ketika fajar menyingsing, ia tampil sebagai khalifah yang mencurahkan segenap kekuatannya demi menjaga keseimbangan dan kelestarian alam yang menjadi sarana penunjang ketaatannya kepada sang Khalik.

     Menjadi muslim adalah proses pengacaan diri secara tulus kepada penderitaan umat yang menjadi korban keserakahan manusia. Sungguh, kita merindukan manusia-manusia muslim yang senantiasa mengemban amanah Allah dengan memaksimalkan potensi yang dimilikinya dalam rangka mewujudkan kesehatan lingkungan sesuai dengan tata nilai yang terkandung dalam al-Quran.

Wallahu a'lam...

     Demikian, tulisan yang tertuang dari part 1 hingga akhir ini adalah sebuah tulisan saya ketika zaman kuliah semester 5 sekitar tahun 2004. Tulisan ini telah dibukukan dalam Buku Kumpulan Tulisan Terpilih Peserta Musabaqah Meenulis Kandungan Al-Quran (M2KQ) pada MTQ ke- 27 Tingkat Jawa Barat. saat itu Drs. H. Danny Setiawan, M.Si. yang menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat.

     Pada MTQ yang diselenggarakan di Kota Bogor tersebut, saya dan rekan seperjuangan Anen Sutianto mewakili kafilah Kabupaten Karawang, lucu juga...padahal baik saya maupun Anen sam-sama bukan putra daerah Karawang. Saya berasal dari Subang sedangkan Anen berasal dari Bekasi. Loh kok bisa mewakili Kabupaten Karawang? Ya...begitulah...dan ternyata bukan kami saja yang demikian, teman-teman seperjuangan kami pun hampir 80% tidak mewakili kabupaten asal mereka.

     Saat itu kami belum faham benar mengapa demikian? yang jelas, kami hanya mengikuti arahan tim official yang menempatkan kami. Padahal, jika ditelaah saat ini, sebenarnya hal demikian terjadi karena ketidak tahuan atau lebih tepatnya official dari kafilah tiap kabupaten yang tidak mengetahui potensi putra daerahnya masing-masing. 

     Maka, sebuah harapan untuk tahun-tahun berikutnya, semoga tim official tiap kafilah dapat melihat dan mengenal potensi-potensi generasi muda daerahnya agar daerah mereka benar-benar maju oleh putra daerahnya.


#KelasLiterasiIbuProfesional

#KLIPFebuari2021

Manusia dan Kesehatan Lingkungan #Part 5

 Bismillahirrahmaanirrahiim...

Manusia dan Kesehatan Lingkungan

     Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa manusia diciptakan Tuhan di muka bumi ini adalah sebagai khalifah. Maka seyogyanya manusia dapat membentuk lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan sebagai penunjang manusia dalam beribadah kepada sang Khalik.

     Manusia dibekali potensi sekaligus hawa nafsu, maka tidak heran jika banyak manusia yang mengatasnamakan kesehatan, mengekploitasi alam secara besar-besaran tanpa memperhatikan keseimbangan dan kelestariannya. Keserakahan sifat manusia tersebut tersirat dalam Al-Quran surat Al-'Alaq 6-7 :

     Ketahuilah, manusia itu benar-benar melampaui batas. Dia merasa sebagai makhluk istimewa yang serba biasa. 

     Padahal Allah telah berfirman :

Dan jangalah kau berjalan di muka bumi dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali tidak akan sampai setinggi gunung. Semua itu sebagai kejahatan yang sangat dibenci di sisi Tuhan-mu" (QS. Al-Isra 37-38)

     Ayat tersebut menginformasikan kepada kita bahwa dengan potensi yang dimiliki, hendaknya manusia tidak lantas menjadi manusia yang sombong dan angkuh, yang merasa memiliki sepenuhnya atas alam raya ini. Karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang lemah. Kemampuan manusia untuk memahami dan memperdalam hakikat ciptaan Allah sangatlah terbatas tanpa adanya petunjuk dari kitabullah dan sunnah Rasulullah saw. Manusia akan senantiasa berada dalam kesesatan tanpa adanya petunjuk Allah swt (Al-Baghdad, 2005 : 47).

     Seluruh kejadian di muka bumi ini sejatinya dipahami sebagai kekuasaan Allah; sebagai peringatan kepada umat manusia dengan bahasa yang mudah dipahami melalui bahasa kauniyah yang tertulis pada air laut, lempeng bumi bahkan pada yang Allah datangkan kepada manusia.

     Para ulama sering mengaitkan bencana berupa suatu penyakit dengan siksaan dan cobaan. Apa yang terjadi di muka bumi ini mengajak kita untuk mengkaji penyebab terjadinya peristiwa tersebut. Kita harus yakin bahwa semua yang terjadi adalah kehendak Allah sehingga kita tidak dapat memastikan penafsirannya.

     Adapun bencana yang disebabkan oleh tangan-tangan manusia sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan yang berujung pada terganggunya kesehatan lingkungan merupakan cambuk bagi kesehatan bagi manusia agar segera bertobat dari kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat. Sebagaimana sabda Nabi SAW : Penyakit adalah cambuk Tuhan di bumi ini, dengannya Dia mendidik hamba-hamba-Nya.

     Menyitir pendapat yang dikemukakan oleh Quraish Shihab (2003 : 185), bahwa hadist nabi diatas didukung oleh kandungan pengertian takwa yang pada dasarnya berarti menghindar dari siksa Allah di dunia dan dan di akhirat. Siksa Allah di dunia, adalah akibat pelanggaran terhadap hukum-hukum alam. Hukum alam, antara lain membuktikan bahwa air kotor yang menggenang mengakibatkan penyakit.

     Ajaran islam menekankan bahwa obat dan upaya hanyalah "sebab" sedangkan penyebab sesungguhnya adalah Allah Swt (QS. as-Syu'ara : 80) Oleh karena itu, sebagai umat yang memiliki ajaran yang komperhensif dan integral, hendaknya mampu melaksanakan fungsi dan posisinya sebagai sub dari ekosistem, yaitu dengan menjaga kelestariannya, tidak membuat kerusakan yang mengakibatkan terganggunya kesehata lingkungan.

     Seiring dengan itu, manusia dituntut untuk berusaha meningkatkan ketakwaannya sebagai wujud syukur kepada pemilik alam. Lebih dari itu, manusia mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah dengan mengolah dan memanfaatkan dengan segala yang ada di muka bumi ini dengan segenap ketentuan yang tidak menimbulkan kerusakan. Bila manusia mampu memposisikan dirinya seperti itu, maka keberkahan akan diraih sebagai bukti janji Allah Swt. sebagaimana yang tersirat dalam al-Quran surat al-A'raf ayat 96 :

     "Jikalau sekiranya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka Berkat dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (Ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya"

     Dari ayat diatas, dapat dipahami bahwa bentuk berkat dari langit dan bumi dapat berupa keseimbangan dan keselarasan alamyang berdampak pada terpeliharanya kesehatan manusia sebagai pelaku dan alam, dalam hal ini lingkungan.


#KelasLiterasiIbuProfesional

#KLIPFebruari2021


Saturday, January 23, 2021

Manusia dan Kesehatan Lingkungan#Part 4

 Bismillahirrahmanirrahiim... 

.

Konsepsi Al-Quran tentang Kesehatan Lingkungan

     Menyitir pendapat Yusuf Qardhawy (1984 : 434) bahwa, Islam adalah agama yang kamil wa syamil. Ia menyeru kepada kepbaikan melalui beberapa aspek kehidupan. senada dengan itu, sebagai satu-satunya din Allah (QS. Ali Imran ayat 19 dan 85). Islam adalah manhaj al-hayat disebut dengan way of life, acuan dan kerangka tata nilai kehidupan (Didin hafidhuddin, 1998: 17).

     Acuan dan kerangka tata nilai kehidupan itu, terangkum dalam al-Quran, termasuk masalah kesehatan --yang diakui pula oleh pakar-pakar Islam-- diantaranya adalah kesehatan fisik, mental dan sosial.

     Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam Musyawarah Nasional Ulama tahun 1983, merumuskan kesehatan sebagai "ketahanan jasmaniah, ruhaniah dan sosial yang dimiliki manusia, sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri dengan mengamalkan (tuntunan-Nya), dan memelihara serta mengembangkannya". (Quraish Shihab, 2003 : 182)

     Kesehatan mental dalam Al-Quran termaktub pada beberapa surat diantaranya, surat as-Syu'ara ayat 88-89 dan a--Ra'd ayat 28. Sedangkan kesehatan fisik dapat ditemukan dal Al-Quran surat al-Baqarah ayat 222 :

     "Sesungguhnya Allah senang kepada orang yang bertobat, dan senang kepada orang yang membersihkan diri"

     Hal senada dapat ditemukan dala surat al-Muddatsir ayat 4 dan 59 :

     "Dan bersihkanlah pakaianmu dan tinggalkanlah segala macam kotoran"

      Menurut hemat penulis, kesehatan sosial adalah bentuk kesehatan yang menggabungkan antara kesehatan fisik dan mental. Keduanya dapat dijadikan modal untuk senantiasa mensyukuri nikmat-Nya, mentafakuri apa yang telah diberikan Allah kepada manusia dengan cara menjaga kelestarian dan kesehatan lingkungan yang ada.

     Kesehatan lingkungan merupakan bentuk nyata dari kesehatan sosial, sebab manusia diciptakan Allah untuk mengolah alam ini secara bersama. Dengan menggabungkan potensi yang dimiliki manusia serta berupaya bersama dalam memaksimalkannya, maka akan terwujud kehidupan yang berkualitas dalam segala aspek kehidupan, seperti yang tersirat dala A-Quran surat Ali Imran: 110 

     "Kamu sekalian adalah sebaik-baiknya komunitas (umat) karena kamu sekalian berhasil mewujudkan kehidupan yang berkualitas (ma'ruf), cinta kemajuan dan anti kemunduran (munkar)"

     Bertolak dari realita saat ini, hendaknya manusia bersama-sama mampu melaksanakan tugasnya sebagai khalifah dalam bentuk riil, tidak hanya bersifat tekstual, namun lebih dari itu mampu mengejawantahkan ayat-ayat Allah, khususnya dalam hal yang berkaitan dengan kesehatan.

     Terganggunya masalah kesehatan lingkungan, banyak kita temui khususnya daerah-daerah pasca tsunami, longsor dan banjir. Akibat pembusukan jenazah korban peristiwa tersebut, menyebabkan terganggunya saluran pernafasan dan berbagai penyakit lainnya. Bukan bencana yang harus disalahkan, tapi sejatinya manusia dapat mengambil ibroh  atau hikmah yang terkandung dari peristiwa tersebut.

     Pernyataan pemberian tugas kekhalifaha, mengundang manusia untuk memberikan sumbangan nyata dalam kehidupan salah satunya dalam mengevakuasi dan menguburkan para korban tsunami di Aceh dan Sumatera Utara atau dalam peristiwa longsor di Leuwi Gajah, Bandung baru-baru ini. Selain bentuk amal shaleh, hal itu juga merupakan kegiatan dalam rangka memelihara kesehatan Lingkungan.


#Kelas Literasi Ibu Profesional

#KLIP Januari 2021



Tuesday, January 19, 2021

Manusia dan Kesehatan Lingkungan# Part3

 Bismillahirrahmanirrahiim....

.

Manusia Sebagai Khalifah

     "Sesungguhnya Kami telah  menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya". (QS. at-Tin :14).

     Ayat diatas menginformasikan kepada kita, bahwa manusialah yang begitu mendapat perlakuan istimewa dari Allah dengan segala bentuk kesempurnaannya. 

     Kata "Khalifah" sendiri berasal dari kata "kh-l-f " yang disebut dalam Al-Quran sebanyak 127 kali, dalam 12 kata jadian (Al-Munawar, 2004 : 194). Lebih lanjut, Al-Munawar melangatakan bahwa di satu pihak, khalifah diartikan sebagai kepala negara dalam pemerintahan dan kerajaan Islam masa lalu, yang dalam konteks kerajaan pengertiannya sama dengan sultan. Di lain pihak, khalifah juga bisa berarti dua macam. Pertama, yang diwujudkan dalam jabatan sultan atau Kepala Negara. Kedua, fungsi manusia itu sendiri di muka bumi sebagai ciptaan Allah yang sempurna. 

     Sehubungan dengan pengertian kedua, terdapat korelasi antara keistimewaan penciptaan manusia dengan alam yang berujung pada pentingnya interaksi yang bersifat harmonis antara manusia dengan sesamanya dan manusia dengan alam sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang tertera dalam wahyu-Nya. Sebagaimana yang dilansir oleh Quraish Shihab (2003 : 296) bahwa semakin baik interaksi manusia dengan manusia, dan interaksi manusia dengan Tuhannya serta interaksinya dengan alam, pasti akan semakin banyak hal yang dapat dimanfaatkan dari alam raya ini. Hal ini terungkap dalam surat Jin ayat 16 :

     Dan bahwasanya, jika mereka tetap berjalan lurus di jalan itu, (petunjuk Ilahi), niscaya pasti Kami akan memberi mereka air segar (rezeki yang melimpah).

     Namun, jika sebaliknya, maka Allah telah menyiapkan akibat yang ditanggungnya )Q.S. al-Baqarah : 155 - 157) :

     Dan sesungguhny akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan, Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna Rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.

     Demikianlah, Allah telah menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi kendatipun para malaikat menyangsikan kemampuan manusia dalam mengelola alam ini. Sebab Allah lebih mengetahui atas apa yang telah, sedang dan akan terjadi di kemudian hari (QS. al-Baqarah : 30).


#KelasLiterasiIbuProfesional

#KlipJanuari2021

Saturday, January 16, 2021

Manusia dan Kesehatan Lingkungan #Part 2

 Bismillahirrahmanirrahiim...

.

Realitas Lingkungan Saat Ini

     Hubungan antara manusia dengan alam, atau hubungan dengan manusia dengan sesamanya, bukan antara penakluk dan yang ditaklukan, atau antara tuan dengan hamba, tetapi hubungan kebersamaan dalam ketundukan kepada Allah, SWT. Senada denga itu, Quraish Shihab (2003 : 295) mengatakan bahwa kemampuan manusia dalam mengelola alam ini bukanlah akibat kekuatan yang dimilikinya, tetapi merupakan anugerah Allah, SWT. Hal itu tergambar antara lain dalam surat Ibrahim ayat 32 dan Al-Zukhruf  ayat 13.

     Kendatipun demikian, masih banyak manusia yang belum memahami serta mengamalkan ayat-ayat Allah tersebut diakibatkan oleh keserakahan manusia. Padahal, dalam Al-Quran telah dijelskan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki berbagai macam potensi sebagai fitrah untuk dijadikan modal yang harus diarahkan dan diwujudkan dalam tindakan dan perwujudan nyata berupa amal saleh, sebagimana pendapat Murthadha Muthahari yang disitir oleh Asep Muhyiddin dan agus Ahmad Safei (2002 : 17).

     Salah satu bukti keserakahan manusia adalah "menjamurnya" proyek penebangan hutan secara liar serta tidak adanya penanaman kembali (reboisasi) hutan-hutan yang telah digunduli tersebut. Akibatnya, banjir dan wabah penyakit pun tidak dapat dielakkan lagi. hal tersebut diperparah oleh dampak negatif dari kemajuan di bidang sains dan teknologi. Hutan yang sejatinya dilestarikan dan dimanfaatkan sebaik-baiknya demi kelangsungan hidup manusia, kini disulap menjadi vila-vila indah yang notabene kebanyakan dari pemiliknya adalah non muslim. Laut yang semsestinya dijadikan sarana bersyukur manusia kepada sang Khalik dengan cara melestarikan dan memanfaatkan ekosistem yang hidup di dalamnya, telah ikut tercemar oleh limbah pabrik dan racun kimia yang dihasilkan oleh bahan peledak ikan.

     Berbicara mengenai keserakahan manusia, al-Quran telah menerangkandalam surat Al-Furqan ayat 43:  Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsu sebagai Tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?"

     Dan pada ayat berikutnya, Allah mengumpamakan manusia yang senantiasa mengikuti hawa nafsunya hanya untuk kesenangan duniawi semata, bagaikan binatang ternak bahkan lebih sesat (Al-Furqan :44) 

 "Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsu sebagai Tuhannya. Maka apakah kamu menjadi pemelihara atasnya?"

     Dan pada ayat berikutnya, Allah mengumpamakan manusia yang senantiasa, bagaikan binatang ternak bahkan lebih sesat (Al-Furqan : 44)

     Munculnya fenomena kerusakan alam, menunjukkan ketidakharmonisan hubungan manusia dan alam raya. Hal tersebut sesuai dengan isyarat Al-Quran dalam surat ar-Ruum, ayat 43 :

"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena tangan manusia, supaya Allah mrasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)". 

     Sekaitan dengan hal itu, Imam Ali r.a berkata :

     Malaikat dianugerahi akal tanpa syahwat, hewan dianugerahi syahwat tanpa akal, dan manusia dianugerahi keduanya. Maka jika akalnya mengungguli syahwatnya niscaya dia berada di atas malaikat, namun jika syahwatnya mengungguli akalnya niscaya dia lebih hina dari binatang.

     Dari pernyataan di atas, terkandung makna bahwa sudah saatnya bagi manusia untuk memposisikan dirinya sebagai khalifah Allah di muka bumi ini dengan memaksimalkan potensi akal dan hatinya dalam mengelola alam raya ini, sesuai dengan tujuan penciptaannya. (QS. ad-Dukhan (44): 38; QS. al-Ahqaf(46): 3).


#KelasLiterasiIbuProfesional

#KLIPJanuari2021

     

     

     

Friday, January 15, 2021

Manusia dan Kesehatan Lingkungan #Part 1


Bismillahirrahmanirrahiim...

.

Mukadimah

     Diakui atau tidak, bencana datang silih berganti sebagai akibat dari rusaknya ekosistem yang ada di bumi, telah membuat bangsa Indonesia semakin terpuruk dalam ketidakberdayaan. Musibah demi musibah hampir tidak ada hentinya terus melanda, khususnya dalam tiga tahun terakhir ini. Setelah longsor di beberapa tempat, menysul kemudian gempa di Alor, kini bencana alam menimpa saudara-saudara kita di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Sumatera Utara.

     Secara ekofilosofis, hubungan manusia dengan lingkungannya merupakan hubungan yang sangat erat. Ini berarti kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dengan lingkungannya. Keterjalinan manusia dengan lingkungan merupakan keterjanlinan dinamis, begitu pula keterjalinannya dengan pemeliharaan kesehatan lingkungan (Al-Baghdady, 2005:7).

     Dalam kaitannya dengan lingkungan hidup, Islam menekankan pentingnya pemeliharaan kesehatan lingkungan. Pemeliharaan kesehatan tidak akan tercapai apabila lingkungan tempat di mana manusia itubberada telah rusak dan tercemar. Oleh karena itu, manusia dianjurkan untuk senantiasa memelihara keserasian dan kesimbangannya sebab, Tuhan menciptakan segala sesuatu di muka bumi ini dalam kesimbangan dan keserasian. Sebagaimana yang ditegaskan dalam Al-Quran :

     "Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah sesuatu yang tidak seimbang?" (QS. A-Mulk : 3)  

     Namun, realita yang ada, alam dan lingkungan di sekitar kita telah banyak mengalami pencemaran dan kerusakan. Mulai dari sampah yang menyebabkan tersumbatnya saluran air serta mengakibatkan banjir, hingga menumpuknya sampah yang berakibat pada tercemarnya lingkungan dengan beragam penyakit yang menyerang penduduk Indonesia di beberapa daerah akhir-akhir ini.

     Terjadinya berbagai bencana di Indonesia, hendaknya kita cermati sebagai bahan renungan dan peringatan Allah kepada seluruh manusia.

     Bertolak dari realita yang terjadi saat ini, dalam pandangan penulis, ada dua faktor yang memicu terjadinya kerusakan lingkungan, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Yang dimaksud dengan faktor internal yaitu kerusakan yang terjadi di muka bumi ini sebagai akibat dari proses alamyang terjadi sepenuhnya atas kehendak Allahsebagai ujian bagi umat manusia. Seperti tsunami dan gempa di penghujung tahun 2004. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang menyebabkan kerusakan lingkungan sebagai akibat dari kelalaian manusia itu sendiri (human eror).

     Kiranya dalam tulisan kali ini, penulis akan lebih memfokuskan pada keusakan lingkungan yang disebabkan oleh faktor eksternal serta bagaimana pandangan Al-Quran mengenai pemeliharaan kesehatan lingkungan?


#TulisanLama

#KelasLiterasiIbuProfesional

#KLIPJanuari

Thursday, January 14, 2021

SELF REMINDER



 Bismillahirrahmanirrahiim....

Innalillahi Wa Inna Ilaihi Roji'un...ya Allah, setelah kemarin tanggal 9 Januari 2021 mendapat kabar kecelakaan jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 jurusan Jakarta - Pontianak, kini Indonesia bahkan dunia dibuat bersedih kembali dengan wafatnya Syekh Ali Jaber. Seorang alim ulama yang darinya kita banyak belajar tentang keikhlasan, tentang ketiadaan dendam di dadanya meskipun tempo hari beliau hampir saja menjadi korban penusukan orang tak dikenal. Darinya kita bisa belajar tentang memaafkan orang yang menhzalimi kita. Darinya pula kita bisa belajar tentang kesabaran.. Ya, berhari-hari beliau harus berjuang melawan rasa sakit akibat serangan virus Covid 19 yang sedang mewabah di negeri kita ini.

Syekh Ali Jaber satu dari sekian 'alim ulama yang Allah panggil baru-baru ini. Teringat sabda Rasulullah yang artinya : "Meninggalnya ulama adalah musibah yang tak tergantikan, dan sebuah kebocoran yang tak bisa ditambal. Wafatnya ulama laksana bintang yang padam. Meninggalnya satu suku lebih mudah bagi saya daripada meninggalnya satu orang ulama. (H.R. Al-Thabrani dalam Mujam Al-Kabil dan Al-Baihaqi dala Syu'ab Al-Iman dari Abu Darda')


Banyak beredar di medsos profil pilot Sriwijaya Air SJ 182, dan dari sekian banyak kisah aku tertuju pada kebaikan semasa hidupnya yang dikenang banyak orang. Bukan hanya satu bahkan hampir tak terhitung jari. Keluarganya, tetangga dan orang-orang di lingkungannya, rekan kerjanya bahkan profil whastapp terakhir beliau adalah gambar salah satu icon pahlawan pembela yang dikenal oleh hampir sebagian orang di dunia ini mulai dari anak kecil hingga orang dewasa karena kebaikan yang selalu dilakukannya. Icon pembela kebenaran, kuat, gagah dan tampan. Diala Superman. Namun gambar yang disajikan tidaklah seperti biasanya, bukan pose sedang memamerkan otot kuatnya ataupun tampang tampannya. Melainkan sedang duduk bersimpuh melaksakan shalat. Lalu tertulis sebuah quote disampingnya "Setinggi apapun aku terbang tidak akan masuk surga jika tidak shalat". Masyaa Allah, sungguh pemandangan yang menyentuh hingga ulu hati. Seorang pilot yang jam terbangnya sudah tak diragukan lagi, seorang pilot yang terkenal dengan ketampanan, kegagahan dan kepiawaiannya menerbangkan kuda besi mengingatkan dirinya sendiri -- yang sesungguhnya untuk kita semua -- bahwa kebaikan apapun yang kita lakukan tidak akan membuat kita menuju surga jika tidak shalat, karena shalatlah pondasinya. 

Ketiadaan kapten Afwan dan Ustadz Ali jaber ini, membuatku tersadar, mereka sudah tenang dengan segudang kebaikan yang dipersaksikan semasa hidupnya oleh orang-orang disekitarnya. Lalu akan dikenang sebagai apakah diri al-faqir ini?? dalam keadaan seperti apakah diri al-faqir ini ketika melepas ajal nanti? apakah semua yang ditinggalkan akan mempersaksikan kebaikan ataukah sebaliknya?? Ya Rabb.....ighfirlii...beri aku kesempatan untuk terus memperbaiki diri dan berikanlah akhir hidup Husnul Khatimah. Jangalah Kau cabut nyawa ini dalam keadaan tidak beriman kepada-Mu Ya Allah....dan jadikanlah anak dan keturunanku  menjadi Ulama pewaris para Nabi. AAmiin Yaa Mujibasaailiin

.

HuallahuAa'lam Bishawab


#KelasLiterasiIbuProfesional

#KLIPJanuari


.


Monday, January 11, 2021

New Spirit Of 2021

 



Bismillahirrahmanirrahiim....

.

Ahlan Wa Sahlan Tahun Baru 2021, Ahlan Wa Sahlan Semangat Baru!!!

Bagi sebagian orang tahun baru mungkin dianggap biasa-biasa saja, namun bagiku cukup menjadi salah satu moment penting dalam hidup. Ada 4 moment istimewa yang selalu menjadi acuan bagi kehiduoan yang aku jalani setiap tahunnya. Yang pertama adalah Tahun Baru. Bukan euforianya yang menjadi  garis besarnya, namun tahun Baru bagiku layaknya garis awal yang bertuliskan START untuk mengawali simpul-simpul mimpi. Ya, impian, keinginan, resolusi dan cita-cita yang dimulai dari hal-hal kecil hingga satu per satu impian itu terwujud. Mungkin ini juga didukung oleh karakterku yang Melankolis Plegmatis.  Orang yang memiliki karakter melankolis menyukai hal-hal detail dan terorganisir.

Yang kedua adalah Ramadhan. Ramadhan  bagiku adalah sebuah moment penguat untuk semakin menggenjot lebih kuat agar resolusi yang pernah dituliskan semakin cepat terwujud. Mungkin ini juga bagian dari karakter plegmatisku yakni pemikir keras. Moment ketiga yaitu Muharram. Bulan Muharram bagiku merupakan waktu untuk bermuhasabah, evaluasi,  mengukur sudah sejauh mana dan apa saja yang telah tercapai dan belum tercapai. Dan yang terakhir yakni bulan dipenghujung tahun, ya, Desember. Final evaluation. Jika masih ada resolusi jangka pendek yang belum tercapai, dievaluasi kira-kira apa kendalanya. Untuk jangka panjang tentu dievaluasi apakah layak dilajutkan atau tidak.

Teringat akan sebuah hadist Rasulullah, SAW (Terlepas dari tingkat kekuatan atau kelemahan hadist tersebut) "I'mal Lidunyaka Kaannaka ta'isyu abadan, wa'mal liakhirotika kaannaka tamutu ghodan." yang artinya : "Bekerjalah untuk duniamu, seakan-akan engkau akan hidup selamanya. Dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok pagi."

Sungguh nikmat jika kita berpegang pada hadits tersebut. Agar tetap semangat menjalani hidup tanpa mengesampingkan urusan dunia, namun juga tetap diniatkan menjalankan urusan dunia dengan tujuan akhir akhirat. Rasanya tidak akan ada pekerjaan yang sia-sia tanpa diniatkan ibadah sehingga segala lelah akan lillahi ta'ala. 

Maka rasanya tidaklah keliru jika pada yaumul milad kita saling mendokan keberkaha, kebaikan dan panjang usia dalam keta'atan.

.

Wallahu a'lam Bishawab....


#KelasLiterasiIbu Profesional

#KLIPJanuari