.
Saya pernah terheran-heran dan berfikir keras, kok bisa ya ulama-ulama
bisa menghatamkan Al-Qur'an dengan sebegitu cepatnya? Selain saya, apakah ada
yang menanyakan hal ini juga?
Begitu banyak orang orang Sholeh yang hatam Al-Qur'an dalam 1
Minggu, banyak juga yang menghatamkan Al-Qur'an dalam waktu 3-5 hari. Imam as
Syafi'i jika bulan ramadhan menghatam 1 hari 2 kali. Bukan dua hari sekali ya,
tapi sehari hatam Al-Qur'an 2 kali.
Tentu saya bertanya-tanya, menghatamkan Al-Qur'an sebulan sekali
saja rasanya masih kucing-kucingan. Kadang bisa, tapi lebih banyak ga bisanya.
Why?
Untuk One day one juz saja butuh menajemen waktu kapan bacanya. Tak jarang seolah-olah kita jadi orang paling sibuk di dunia. Susah sekali mengatur waktunya.
Apalagi buat genarasi milenial seperti kita yang notabene godaan terbesanya
adalah Gadget!! sering kali niaaaat banget buat tilawah, eh baru satu
halaman fikiran udah melayang-layang sama isi chat sosmed. Dan dengan mudahnya
niat awal ambyar seketika. Hayooo....iya apa iya??
Lalu, kok bisaaa para ulama itu secepat itu bacanya? Gimana
menjalani hari-hari nya?
Ngga tidur gitu? Ngga istirahat? Pertanyaan ini sudah melewati
renungan demi renungan yang tak juga membuahkan hasil
Sampai akhirnya saya teringat kisah saya pribadi. Suatu hari saya bertemu dengan seorang bapak paruh baya, seorang guru SD di sebuah desa. Aku menemukan catatan-catatan
kecil hasil pencapaian bacaan Al-Qur'an hariannya. Sehari berkisar antara 4-6
juz. Jadi biasanya 1 Minggu hatam sekali, sebulan 4-5 kali.
Beliau pernah bilang " saya pengen deh kaya kamu, ga hafal
Al-Qur'an tapi bisa ngoreksi bacaan yang salah", ungkapnya. Sepertinya ia
ingin hafal Al-Qur'an, hanya saja usia, aktifitas dan secara keilmuan merasa
kurang. Bacanya biasa-biasa saja.
Pertanyaannya:
Kenapa dia begitu mudah membaca Alquran beberapa juz dalam sehari
dibandingkan saya? Padahal (maaf) saya lebih lancar bacaan Qur'annya, tapi rasanya
membaca 1 juz saja butuh waktu lama. Ada apa sebenarnya??
Saya merenung. Merenung dan merenung. Bagaimana bisa?
Akhirnya menemukan jawaban, "MENEJEMEN WAKTU DAN JAM TERBANG". Yah, Bedanya saya dan beliau adalah pada menejemen waktu dan jam terbang.
Jam terbang kebersamaan kami dengan Al-Qur'an. Yang tak membiasakan diri dengan
Al-Qur'an, membacanya terasa berat.
Bukankan seorang ahli pidato karena memiliki jam terbang yang
tinggi? Bukankan ahli seminar juga karena sudah terbiasa mengisi di berbagai
tempat? Pikirkan juga, kualitas cara membaca buku ala ilmuwan dan awam. Orang
yang sudah terbiasa baca buku sehari bisa menghabiskan 10-12 buku. Saya? 1 buku
1 bulan saja sudah untung.
Begitu juga Al Qur'an. Butuh jam terbang. Tak peduli siapapun yang
lebih lancar bacaannya, jika jam terbang rendah, dia kalah. Saya pernah
mendengar seorang berkata, entah Benar atau salah "seorang hafidz, 1 juz
bisa dibaca dalam 10 menit". So, bagi yang belum terbiasa dengan
Al-Qur'an, membacanya bisa 1 jam untuk 1 juz. Bisa saja bagi yang sudah sangat
tinggi interaksinya dengan Al-Qur'an 1 jam 5 juz. Ya kan?
Akhirnya file memori ini pun terbuka. Teringat saat ustadz
menyampaikan, "membaca Alquran itu ibarat masuk ke lumpur. Kaki beraaat
sekali melangkah. Tapi jika dilanjutkan lama kelamaan akan menipis menipis dan
bersih. Hingga jalan terasa ringan. Begitu juga dengan mambaca Al-Qur'an. Juga
seperti hati. Saat awal membaca Alquran rasanya beraaat sekali. Tapi jika terus
dibaca, noda noda itu akan rontok rontok dan rontok, hingga lisannya pun dengan
lihai membaca kalamNya.
Akibat lama meninggalkan tilawah Al-Qur'an, al-Imam Ibnu Hajar
al-asqolani berkata "orang yang terus rutin membaca Alquran maka lisannya
akan ringan dan mudah membacanya. Sebaiknya jika ia meninggalkan Al-Qur'an,
maka akan menjadi berat baginya dan sulit membacanya".
Lagi-lagi file memori ini terbuka. Saat ustadz Herfi Ghulam Faizi
menyampaikan keutamaan membaca Alquran, yakni Al-Qur'an akan menjadi teman
setianya di dunia dan di akhirat. Saat meninggal, Selain memberi syafaat di
Padang Mahsyar kelak, sebelumnya Al-Qur'an juga menjadi teman setianya di alam
kubur. al-Qur'an juga akan meminta pada Allah hamparan permadani dan selimut.
Juga menjadi penerang untuk sahabatnya yang kini sedang di alam kubur.
Ada yang lebih seru lagi menurut saya, saat ustadz menyampaikan
ketika nyawa akan di cabut, dikatakan pada malaikat maut "tunggu, coba
cium dulu kepalanya". Malaikat maut mencium aroma Qur'an. Dikatakan lagi
padanya "cium dadanya", ia mencium aroma siyaam (puasa), "lalu
cium kakinya", malaikat pun mencium aroma qiyamullail. Dan dicabutnya
nyawa itu dengan perlahan dan penuh kehati-hatian.
Masya Allah...
Terjawab sudah, bahwa saya, anda dan kita semua yang kini masih
berat saat membaca Alquran hanya butuh menejemen waktu dan jam terbang. Butuh
membiasakan dan bersahabat lebih akrab dengan Al-Qur'an. Masih ada waktu untuk
PDKT di separuh perjalanan bulan ramadhan, itu pun jika Allah ijinkan nyawa
masih di kandung badan.
Mumpung Ramadhan belum berlalu dan
sesal belum menyapa, yuk kita manfaatkan separuh perjalanan ini untuk lebih
meluangkan waktu membaca Al-Qur'an karena Ramadhan merupakan bulan Al-Qur`an.
Pada bulan inilah Al-Qur`an diturunkan oleh Allah subhanahu wata’ala,
sebagaimana dalam firman-Nya :
(شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ (البقرة: ١٨٥
“bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang haq dan
yang bathil).” (Al-Baqarah : 185)
Baik kita yang sudah lancar
membacanya ataupun yang masih terbata-bata. Dari Ummul Mu`minin ‘Aisyah
radhiallahu ‘anha berkata, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam
bersabda :
(( الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ وَهُوَ مَاهِرٌ بِهِ مَعَ السَّفَرَةِ الكِرَامِ البَرَرَةِ، وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أجْرَانِ
)) متفقٌ عَلَيْهِ
“Yang membaca Al-Qur`an dan dia mahir
membacanya, dia bersama para malaikat yang mulia. Sedangkan yang membaca
Al-Qur`an namun dia tidak tepat dalam membacanya dan mengalami kesulitan, maka
baginya dua pahala.” [Al-Bukhari 4937, Muslim 244]
Diujung perenungan ini, ternyata untuk bisa khatam 1 juz setiap hari tidak sesulit yang dibayangkan. Sini saya bisikin...
Setelah saya lihat-lihat dalam mushaf Al-Qur'an rata-rata 1 juz itu ada 8 lembar. Nah jika kita memulai tilawah ba'da shalat subuh dan menghkatamkannya ba'da shalat maghrib itu bisa banget loh. Artinya kita membutuhkan 2 lembar tilawah Al-Qur'an setiap selesai shalat fardu. itupun masih bisa kurang. Maksudnya jika dalam satu waktu shalat kita membaca kurang dari 2 lembar, hanya satu lebar setengah misalnya, masih bisa mengkhatamkannya ba'da isya. yang penting niat yang kuat dan istiqomah.
Setelah saya lihat-lihat dalam mushaf Al-Qur'an rata-rata 1 juz itu ada 8 lembar. Nah jika kita memulai tilawah ba'da shalat subuh dan menghkatamkannya ba'da shalat maghrib itu bisa banget loh. Artinya kita membutuhkan 2 lembar tilawah Al-Qur'an setiap selesai shalat fardu. itupun masih bisa kurang. Maksudnya jika dalam satu waktu shalat kita membaca kurang dari 2 lembar, hanya satu lebar setengah misalnya, masih bisa mengkhatamkannya ba'da isya. yang penting niat yang kuat dan istiqomah.
Maasyaa allah....
#Menulis adalah caraku menasihati diri. Semoga Ramadhan kita kali
ini menjadi ramadhan paling berkah dan sukses dibanding ramadhan sebelumnya.
Menerima koreksi bila ada kesalahan (Re-Write)