Monday, October 30, 2017

Komunikasi Efektif Seorang Istri di Istana Mertua Indah

Bismillahirrahmaanirrahiim...

Memulai hari dengan basmallah dan istighfar..
Dalam sebuah keluarga pasti ada saja tantangan yang dihadapi setiap harinya, baik itu dari suami maupun dari anak. Ditambah lagi bagi yang tinggal bersama mertua seperti saya, bukan hal yang mudah untuk menyatukan hati, fikiran dan perasaan dengan orang tua suami kita, terutama ibu mertua.

Tak pernah terfikirkan apalagi bermimpi, membayangkannyapun tak terlintas dalam relung jiwa ini akan hidup satu atap dengan mertua. Maka, ketika label "Momok menakutkan dari seorang ibu mertua" yang pernah hinggap ditelinga jauh sebelum aku berumah tangga, tak pernah kugubris. Bukan tanpa alasan, ayah bundaku meniti kehidupan rumah tangga dari nol, merantau dan tak ada cerita seatap dengan mertua. Pun demikian dengan paman dan bibiku. maka tidak salah jika peta kehidupan rumah tangga yang ada dalam fikirankupun demikian. Menikah, merantau, ngontrak dulu, memulai semua dari no dan sukses bersama. Lebaran mudik ke rumahku dan rumah mertua. beres!!! ternyata kehidupan yang kini kujalanai jauh asap dari panggang...begitu kira-kira perumpamaannya. (ups...salah nggak ya tu perumpamaan--maaf jika salah hihi..)

Disinilah sebuah teori dipraktekan, Komunikasi efektif dengan ibu mertua. Ada yang bilang bahwa jika kita mampu mengambil hati mertua maka ketentraman yang didapat namun jika tidak, neraka yang dirasa. Hmmm....terlepas dari benar atau salah, based on my experience 75% benar. Ketika mertua sudah sayang pada kita, insya allah apapun yang kita lakukan akan baik dimatanya.

Albert Mehrabian menyampaikan bahwa pada komunikasi yang terkait dengan perasaan dan sikap (feeling and attitude) aspek verbal (kata-kata) itu hanya 7% memberikan dampak pada hasil komunikasi.  Komponen yang lebih besar mempengaruhi hasil komunikasi adalah intonasi suara (38%) dan bahasa tubuh (55%).

Namun hati-hati pemirsa, jika sedang ada yang beliau rasakan, misalnya sakit pinggang atau apapun itu, mau tidak mau, suka tidak suka berikan bentuk perhatian kita sekecil apapun. Mau itu bertanya tentang apa yang ia rasakan, bertanya tentang mau makan apa hari ini atau apapun....tapi....jikapun ucapan atau penerimaan beliau tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, misalnya berucap ketus, jangan sedih...jangan berkecil hati....enjoy saja...anggap angin lalu dan yakin jika apa yang telah kita lakukan padanya benar. Keketusan itu hanya semata karena rasa sakit yang beliau rasakan, atau karena faktor usia yang semakin senja hingga perangai kembali lagi seperti anak-anak (nalar pendek--emosi panjang).

Dulu....
Ketika awal menikah, kaget, sedih bahkan menangis kerap mendera. Rasa yang membuncah kadang hanya ditelan sendirian...merasa tak ada tempat mencurahkan segala rasa kecuali Allah, kertas dan pojokan. Bagai buah simalakama, bercerita kepada ortu terutama ibu menjadi pantangan, mengapa? karena ibulah yang paling memahami dan menyayangi kita, ia akan melakukan apapun demi anak gadisnya bahagia maka ketika mendengar anak gadisnya disakiti otomatis yang akan lebih sakit hatinya adalah seorang ibu. Bisa jadi ketika sakit hati dan kesedihan yang diarasakan si gadis sudah pupus, hati ibu akan masih merasa sakit. Dan iu merupakan hal yang tidak sehat. Bila curahan hati berlabuh kepada adik, kakak atau sahabat, hanya akan menjadi sebuah aib belaka kendatipun tentu mereka akan memberi dukungan secara mental namun solusi tetap saja tidak akan maksimal sebab yang tahu persis dan menjalani hari-hari adalah diri kita. Maka mencurahkan perasaan yang paling tepat adalah saat sujud panjang dalam desah tangisan sahalat malam. hanya Dia yang dapat merubah haluan kesedihan kita menuju kehidupan yang lebih baik untuk kita dimata-Nya.

so...mari perbaiki komunikasi kita dengan mertua melakui komunikasi efektif sehingga tidak ada lagi rasa lain yang tertinggal di relung jiwa kecuali rasa bahagia dan kesyukuran yang tiasa henti atas nikmat yang Allah berikan.

huallahu 'alam bishawwab..

Bismillah lagi..nawaitu

Bismillahirrahmaanirrahiim...

Bagai mencari benda penting yang pernah dipakai kemudian disimpan dan tertumpuk oleh benda-benda lain...lama terlupakan...hingga akhirnya benda penting itu dibutuhkan, mencarinya dengan penuh perjuangan...ketika ditemukan..taraaaa...fuhhhh..ploooong...

Kota angin, 30102017