Saturday, February 15, 2020

Pengikat_Makna#3
Social Sustainability

Bebicara tentang social sustainability, enam bulan terakhir ahamdulillah sudah saya coba perlahan. Mungkin saya baru bisa sebatas apa yang saya mampu dan sesuai dengan profesi saya yakni guru.

Mengapa saya katakan baru enam bulan terakhir? yes, karena saya mencoba lebih tegas lagi dari lingkup yang paling kecil yang dapat saya "pegang".

Saya mencoba memaksimalkan penerapan zero waste dalam lingkup kecil dulu, yakni siswa kelas dibawah naungan saya sebagai wali kelasnya. Saya selalu sounding  bahkan turun langsung setiap hari memeriksa kepastiannya.

Awalnya saya merasa prihatin atas sampah plastik dan stereofoam yang menggunung tiap harinya. Sementara kami disekolah full day yang notabene mulai dari jam 7 pagi sampai jam 4 sore makan dan jajan di sekolah dengan  kali waktu istirahat. Jumlah siswa di sekolah tempat saya mengajar kurang lebih 900 siswa belum termasuk guru, staf tata usaha dan penjaga sekolah. Bila satu orang pada termin istirahat pertama membeli jajanan dengan satu pelastik dan satu stereofoam saja akan ada 900 sampah plastik dan 900 sampah stereofoam. Itu baru pada istirahat pertama ya, belum ditambah 1800 pada istirahat kedua dan 1800 pada istirahat ketiga. Maasyaa Allah, akan ada berapa ribu sampah plastik dan sampah stereofoam tiap harinya??? Amazing!!!

Saya prihatin melihat tumpukan sampah plastik dan sterefoam teronggok menggunung setiap harinya. Nah, berawal dari situlah maka Juli 2019 saya mencoba mengungkapkan keprihatinan saya pada siswa dibawah naungan wali kelas saya. Saya mewajibkan 36 siswa saya untuk membawa botol minum dan tempat makan dari rumah. Jadi ketika mereka jajan ke kantin, jajanan yang mereka beli tidak lagi menggunakan plastik dan stereofoam melainkan menggunakan wadah yang mereka bawa. Akan ada punishment bagi yang tidak melaksanakannya. Awalnya memang seperti berat bagi mereka, ada yang lupa membawa, ada yang beralasan belum punya sampai ada yang berasalah botol dan tempat makannya kotor belum dicuci bekas hari kemarin, tidak sempat.

Sebagai seorang pendidik, bila masalah berhenti sampai beribu alasan maka peraturan dan punishment hanya omong kosong. Dua minggu dari awal tercetusnya peraturan tersebut saya tegaskan tidak ada maaf. Punishment yang kami sepakati adalah membersihkan sampah, mengemas sampah kelas yang terkumpul di tempat sampah depan kelas sampai mengantarkan sampah kepada penjaga sekolah ketika jam pulang tiba.

Alhamdulillah seiring berjalannya waktu anak-anak semakin enjoy dengan kebiasaan baik mereka membawa botol minum dan tempat makan dari rumah. Saya juga mencoba menganjurkan hal tersebut pada siswa di kelas lainnya yang saya ajar. Kebetulan mata pelajaran yang saya ampu --Bahasa Inggris-- masuk hampir ke semua kelas. Saya juga menggalakan zero waste makan tanpa tempat plastik dan stereofoam dengan cara memberi contoh sambil berkelakar agar mereka tidak merasa digurui.

Alhamdulillah sampai saat ini saya lihat dan saya terima laporan dari petugas penjaga sekolah yang bertugas membersihkan sampah sekolah, mereka bilang bahwa telah berkurang sampah plastik dan stereofoam, tidak sebanyak dahulu. Saya juga pernah iseng-iseng bertanya kepada ibu/ bapak penjaga kantin tentang penggunaan plastik dan sterefoam, mereka bilang semakin berkurang, banyak siswa-siswi yang menggunakan botol minum masing-masing untuk minuman yang mereka beli ataupun menggunakan tempat makan yang mereka bawa dari rumah sebagai wadah makanan yang mereka beli. Hal tersebut selain sebagai bentuk zero waste, juga sedikit menguntungkan para penjual. Bagaimana tidak, dengan berkurangnya pemaikaian plastik dan sterefoam membuat para penjual lebih hemat dalam pengeluaran pembelian plastik dan sterefoam. Kuntungan berlipat, bukan?

Senang rasanya....Alhamdulillah 'ala kulli haal...


#materi3
#empathy
#filantropi
#kelashabituasisejutacinta
#ibuprofesional
#sejutacintaibuprofesional

Saturday, February 8, 2020

Pengikat_Makna
.
Berbagi merupakan hal yang sepele namun sarat makna. Karena dengan berbagi ada banyak nyawa, cita-cita dan harapan yang terselamatkan. Kegiatan berbagi dalam sebuah lembaga sosial dapat dikategorikan sebagai charity atau filantropy.
.
Charity berasal dari kata Prancis Kuno "chrite" yang artinya menyediakan keperluan bagi yang membutuhkan, kemurahan hati dan memberi.
.
Praktik charity melibatkan pemberian uang, barang atau waktu untuk orang yang tidak beruntung, baik secara langsung ataupun lebaga. Charity cenderung emosional, respon langsung yang terutama fokus pada penyelamatan dan pertolongan. Sifat charity adalah direct giving. 
.
Sedangkan Filantropi berasal dari Bahasa Yunani yang dapat diterjemahkan sebagai "Love of a mankind" yang artinya cinta untuk sesama manusia.  Filantropi kemudian dimaknai sebagai upaya untuk berbagi menyalurkan sumberdaya dan berderma secara terorganisir untuk kepentingan strategis jangka panjang dan berkelanjutan.
.
Maka dapat disimpulkan Charity vs Filantropy, perbedaan utamanya adalah bahwa charity bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit dari masalah sosial tertentu, sedangkan Filantropy mencoba untuk mengatasi sumber masalah dari akarnya.
.
Naah...tugas pengikat makna kali ini adalah memperhatikan kegiatan yang dilakukan oleh lembaga sosial yang ada disekitar kita. Kemudian membuat hasil analisa dari kegiatan yang dilakukan oleh lembaga sosial tersebut, adakah kegiatan yang mereka lakukan termasuk charity atau filantropi.
.
Lembaga sosial dan keagamaan terdekat yang saya ketahui kegiatannya yaitu YAMABA (Yayasan Maarif Bagus Rangin) yang terletak di Desa/ Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka. Yayasan ini berdiri tahun 2012 ini memiliki salah satu kegiatannya yakni santunan anak yatim yang rutin dilaksanakan pada 10 Muharam setiap tahunnya. Santunan ini diberikan kepada yatim piatu di sekitar yayasan mulai dari 0 tahun sampai kisaran usia 11/12.
.
Kegiatan tersebut, menurut saya termasuk charity, sebab dampaknya akan terasa langsung oleh penerima.
.
Selain kegiatan Charity, YAMABA juga memiliki kegiatan yang bisa dikategorikan sebagai Filantropy yakni kegiatan pengajian rutin bagi anak-anak remaja yang ada di sekitarnya. Menurut analisis saya pengajian ini dikategorikan sebagai filantropy karena pengajian ini bukan hanya sekedar pengajian biasa melainkan merupakan bentuk pennggemblengan karakter dan akhlakul karimah. Sehingga dalam jangka waktu kedepan diharapkan para remaja khusunya yang ada di sekitar desa Jatitujuh dan umumnya menyebar luas, akan menjadi generasi yang shalih dan shalihah, generasi tangguh yang jauh dari pegaulan bebas, free sex dan akhlak tak terpuji lainnya.
.
Maasyaa Allah, banyak sekali pelajaran yang bisa saya petik dari kegiatan sosial dan keagamaan dari yayasan tersebut, tidak hanya charity yang dampaknya terasa sekaligus tapi juga filantropy yang dampaknya akan terasa pada generasi emas di masa yang akan datang.


#materi2
#empati
#charity
#filantropi
#HabituasiSejutaCinta
#SejutaCinta
#IbuProfesional
#sejutacintaibuprofesional

Thursday, February 6, 2020

HINGGA AKU LUPA WAJAHMU
Vee Humaira

          “Ayah nanti jangan lupa kalau sudah sampai Sidney sering-sering video call bunda ya”, pintaku manja diselingi dengan isak tangis tak tertahankan.
          “tenang bunda, itu pasti”, jawab Pram, suamiku. seraya memelukku erat dan menyeka air mataku yang menganak sungai.
          “udah atuh jangan nangis terus, malu. hibur suamiku. aku pasti akan kembali sayang, setelah tugas ini kutunaikan, nggak lama kok. Mudah-mudahan tahun depan kalian bisa ikut ayah. banyak berdoa semoga Allah mudahkan semua urusan kita. Jaga diri baik-baik dan jaga buah hati kita.
          Sejenak mata kami bertatap satu sama lain. Saling menguatkan, saling meyakinkan.
          Untuk dua tahun kedepan, Pram harus meninggalkan aku dan dua buah hati kami. tugas belajarnya di Sidney membuat kami harus berpisah sejenak. Dan aku tak mungkin ikut bersamanya saat ini, selain harus mengurus perizinan dari kantorku, sulung kamipun baru saja masuk sekolah dasar. Rencananya, tahun depan kami akan menyusulnya. Semoga semuanya dimudahkan.
          Perpisahan ini sungguh terasa menyesakkan, mungkin karena ini pengalaman pertamaku berpisah dengan suami dalam tujuh tahun usia pernikahan kami.
###                       ###                       ###                       ###
13 tahun silam, terdengar kamarku diketuk. Disusul suara ketua asrama putri memperingatkan untuk segera menggunakan hijab karena ada tamu laki-laki. Ketika pintu kamar terbuka, kulihat pria berkaca mata dengan potongan rambut belah tengah hadir tepat didepanku. Ketua asrama menjelaskan siapa dirinya dan apa maksud kedatanyannya, kupersilahkan ia masuk.
“Ini si aa yang pernah Fia ceritakan tempo hari, teh”,
Jelas Fia teman satu kamarku, adik kelas satu tingkat di kampus. Fia adalah mahasiswa baru yang kutemui ketika Masa Orientasi Mahasiswa Baru, kebetulan aku adalah mentornya. Kala itu dia masih tinggal sementara di rumah bibinya di Cimahi. dia masih kebingungan mencari kamar kost yang lumayan dekat dengan kampus. Sementara, saat itu kostan yang ia inginkan sudah penuh.
Pucuk dicinta ulam pun tiba, sebuah kebetulan aku juga sedang mencari teman sekamar, sebab aku termasuk anak yang penakut jika harus tinggal sendirian.
Hari itu Fia sedang sakit, sudah tiga hari demamnya tak kunjung turun. Fia menelefon ibunya, kebetulan kakaknya yang kuliah di Jakarta sedang pulang. maka diutuslah sang kakak.
Kala itu aku sudah bersiap untuk pergi ke kampus. Pakaian dan jilbabku sudah rapih sehingga aku tak perlu morat-marit tatkala teman-temanku memperingatkan untuk menggunakan jilbab dengan segera karena akan ada laki-laki masuk kamar. Sebuah kebetulan, Dia terbaring tepat di depan lemariku yang kala itu paling “rame” karena banyak tulisan dan stiker tertempel disana. Maklumlah, jika aku kehabisan media untuk mencurahkan hobiku maka lemarikulah yang jadi sasarannya.
Pintu kamar masih terbuka. Sengaja aku sarapan pagi ini ditengah asrama berbaur bersama teman lainnya. Hal itu kulakukan agar Fia dan kakanya memiliki banyak kesempatan. Usai sarapan, kulihat Fia dan kakaknya masih berbincang. Lalu aku mohon pamit untuk ambil sesuatu dalam lemariku. Jailnya, teman-temanku mengejekku kalau aku sengaja “caper” sama kakaknya Fia. Duuh...ada-ada aja mereka. Kebetulan saat itu pintu kamar tidak tertutup rapat sehingga teman lain masih bisa melihat pemandangan didalam kamarku dan Fia. Saling goda menggoda menjadi hal biasa bagi kami. Sekedar akrabisasi.
Tapi dasar si aku, bukannya GeEr digodain, aku malah nyengajain biar keliatan salting dan tertarik sama kakaknya Fia...aku bilang sama teman-teman,
"Ihhhh…bete (belah tengah) nya itu loh nggak nahaaan", seraya kukerlingkan sebelah mataku pada teman-teman yang menggoda di luar kamar. Padahal sejujurnya, saat itu tak ada rasa istimewa sedikitpun.
Aku pamit pada Fia dan kakaknya untuk pergi ke kampus. Sekilas kulihat senyum nakal Fia dan senyum manis kakaknya.
“Apa sih maksud senyum Fia?”,
Tanyaku dalam hati. Ah..tak kuhiraukan.###                       ###                       ###                       ###

Sejak kejadian tempo hari, tak ada peristiwa berarti apapun tentang senyum aneh Fia yang membuatku sempat penasaran. Fia tak bercerita apapun, demikian juga denganku, tak mencoba untuk mencari tahu.
Sampai suatu hari muncul notifikasi SMS yang masuk ke ponselku.
 “Assalamualaiku, titip Adiku ya...”. sejenak kukeryitkan dahi.
Adiku? Siapa?, tanyaku dalam hati.
“Waalaikumsalam….Adik? Maaf ini dengan siapa ya?”, balasku.
“iya, titip adikku, Fia”. Jawabnya.
Berarti ini sms dari kakaknya Fia yang tempo hari datang kemari? beberapa pertanyaan berkelebat dalam benakku. Fia pernah bercerita kalau dia hanya memiliki satu kakak laki-laki, Yoga namanya.  
  “Mangga, insya allah”, balasku singkat.

###                       ###                       ###                       ###

“Wulan”, teriak seseorang memanggil namaku.
Kuhentikan langkah dan menoleh kebelakang. Rudi, temanku satu fakultas yang juga tinggal di asrama putra, berlari kecil menghampiriku. Dia menyodorkan amplop putih.
“Dari siapa?”, tanyaku.
“meneketehe…”, jawabnya dengan mimik menyebalkan.
Kutinju bahunya.
 “aw”, Dia meringis.
Kuamati nama pengirimnya. Sejenak dahiku mengeryit. Otakku bekerja lebih keras mengingat-ingat daftar nama beberapa teman, saudara atau kenalan ah…otakku buntu. Tak kutemukan satupun.
“nape lo lan, kok kaya bingung gitu?”, tanya Rudi.
“mo tau ajahh...”, kubalas dengan mimik lebih menyebalkan.
Aku berbalik dan mulai melangkah.
Melihat tingkahku, Rudi menjitak kepalaku dari belakang.
“aw…” aku meringis dan berbalik.
Kulihat Rudi terbahak puas.
“sakiiit tauuuu”, teriakku.
Melihat responku, Rudi semakin terbahak.
Kutonjok bahunya lebih kencang.
“aduuuh…sakiit”, Rudi meringis, namun tetap ada tawa dalam ringisannya.
“rasain lo, maen jitak-jitak aja. Sakit tauuu”, balasku.
“abisnya ditanya sombong amat, amat aja kagak sombong”.
“lagian bukan urusan looo”, jawabku.
“tau gitu kagak gue sampein tu surat”
“yeee…”, aku berbalik.
“hei nona, bilang makasih kek sama gue. Kaga ade makasih-makasihnye udah gue sampein juga tu surat”.
“iyee…iyeee….makasyeeeeeh”
“tunggu dulu”, tahan Rudi.
“apa lagi sih?”, aku berbalik menghadapnya lagi.
“masa Cuma makasih doang”
“laaah…trus?”
“ya traktir kek barang teh botol ato apa kek”, jawabnya.
“idiiih…males amat”
“diih…awas ya besok-besok kalo ada surat lagi buat elo kagak gue sampein. Tau rasa lo!!”
“lo ngancem gue?”, tantangku.
“iya”
“emang lo pikir manusia yang ada di asrama putra Cuma lo doang?”
“banyak sih tapi belum tentu juga mereka mau nganterin surat buat lo”
“asal lo tau aja, surat ntu udeh dua hari nginep di kotak surat, tau”. Lanjut Rudi.
“masa sih?”, tanyaku.
“masa sih?”, Rudi menirukan ucapanku dengan mimik mengejek.
“udeh jangan kebanyakan mikir, cepetan gue haus nih udeh dua hari kagak minum nyari-nyari elo buat ngasih ntu surat”. Lanjutnya.
“lebay”
“udeh yuk ngantin, haus gue”.
Mau tak mau, kuikuti langkah Rudi menuju kantin.

###                       ###                       ###                       ###

Sesampainya di kamar, kubuka amplop berwarna putih dan kubaca. Owh ternyata dari kakaknya Fia. Tapi kok tertulis nama M. Pram? bukannya nama kakaknya Fia itu Yoga? ah..aku masih malu untuk bertanya pada Fia. Maksud dan tujuan  surat tersebut tak lebih dari sekedar berkenalan. Kubalas, dan mengalirlah surat-surat berikutnya.
          Entah kenapa Allah gerakkan hatiku untuk merespon suratmu, padahal jika diingat, saat itu aku sedang menjalin hubungan dengan seseorang.   Dari sekian surat yang pernah kau kirimkan untukku, aku tahu jika kamu pernah menjalin hubungan serius dengan seseorang bahkan kamu menjadikan dia sebagai sosok calon istrimu kelak. Namun apa daya, takdir tidak mempersatukan kalian. 
       Kau bilang, hingga pertemuan pertamamu denganku, membuatmu sulit menghapus ingatanmu tentangku. Maka sejak saat itu tanpa aku tahu, kamu rajin bertanya tentang siapa aku, bagaimana keseharianku dan segala macam tentangku pada adikmu.
          Enam bulan berlalu setelah pertemuan kita, Sesungguhnya aku lupa wajahmu. tapi aku juga malu jika harus minta foto pada adikmu. Karena aku masih belum yakin dengan apa yang aku rasakan padamu. Namun entah mengapa, semakin hari, ada getar lain setiap kali aku baca surat darimu. Ada rasa lain, bahagia yang menyelusup  tanpa mampu kubendung. rasa itu tambah berbunga manakala kudapati notifikasi sms darimu, walau sekedar say halo. Oh..apa ini yang namanya cinta? ah, aku tak berani menebak-nebak.
      Puncaknya, ketika kamu mengabarkan padaku melalui sms bahwa kamu mengundangku dalam acara wisuda. oh, aku gelagapan. Setelah kukumpulkan segenap kekuatan, kuberanikan diri bercerita pada Fia tentang surat, sms-sms kakaknya dan tentang kelupaanku akan wajah kakaknya. Fia terkekeh, 
           “Fia sengaja loh teh selama ini nggak nawarin teteh fotonya aa, karena Fia takut teteh nggak suka sama aa. Fia juga pura-pura nggak tahu kalau teteh dapet surat dari aa, padahal aa ngabarin sama Fia. Aa bilang, respon teteh masih biasa-biasa aja. Aa hawatir teteh nggak nerima cinta aa”.
          “Ih...Fia jahaaat, ngebiarin teteh kebingungan”, kucubit lengannya. Fia meringis. sejurus kemudian Fia terbahak. 
          “Pasti teteh bingung ya antara M. Pram dan Yoga?
          “ih, kok tahu sih?”
          “Ya tau dong”, kilah Fia menang.
          “Jadi gini teh, nama asli si aa itu Muhammad Pramayoga, panggilannya Yoga”, jelas Fia. 
          "sama seperti namaku yang aslinya Siti Fathiya, panggilanku Fia”.
         “Nih fotonya teh, biar teteh nggak lupa lagi. Minggu depan sebelum acara wisuda rencananya si aa mau dateng ke sini nemuin teteh. Sok pandangin fotonya. Jangan salah orang ya?” Goda Fia.
         Dengan malu-mali uterima foto Yoga dari Fia. Aaakh...pipiku sepertinya sudah mulai seperti udang rebus deh...

###                        ###                        ###              ###

          Setelah ijab kabul dilangitkan, kuabadikan panggilan sayangku untuknya, Pram.


Ramadhan, 1438 H

Monday, February 3, 2020

Mengikat Makna#Empati
.
Empati sering disebut sebagai kepedulian. Empati juga sangat erat hubungannya dengan kesediaan berbuat baik (altruisme). Berfikir empati itu baik. Tapi itu tidak cukup. Perasaan empatinya juga harus tumbuh.
.
Banyak orang yang ketika hanya berfikir empati tanpa mengasah rasanya maka akan kosong action. "Kasihan sih kasihan liat nenek tua yang minta secangkir air putih ditengah terik matahari, tapi ah males belinya, jauh warungnya".
.
Nah, dengan demikian, menurut pengamatan dan penelaahan saya, dari kata empati akan lahir 2 model manusia : pertama, orang yang memiliki empati tapi no action. Kedua, orang yang memiliki empati and then do it now.
.
Sebenarnya setiap hari ada banyak peluang bagi kita untuk mengasah empati itu. Kebetulan hari ini saya disuguhkan tantangan untuk mengikat makna dari kelas Habituasi Sejuta Cinta Ibu Profesional dengan menemukan 3 kebaikan dari 3 orang yang berbeda. Maka tanpa bertujuan riya', izinkan saya menuliskannya.
.
1. Ketika saya mengikuti Diskusi Cinta bersama Buya Yahya dan Bang Haq, akhwat yang duduk di sebelah saya terlihat seperti kebingungan ketika hendak menulis di notebook yang dibagikan oleh panitia. Berkali-kali saya lihat beliau merogoh tas nya dalam-dalam bahkan mengeluarkan seluruh isi tasnya dengan mimik kebingungan. Melihat hal tersebut saya bertanya,
"sedang cari apa, mba?"
"Ini, di godybag saya kok nggak ada pulpennya ya? Perasaan, saya bawa puplen dari rumah tapi dicari-cari dalam tas kok nggak ketemu".
"Oh, mungkin panitia lupa memasukan pulpennya mba atau terlewat. Kebetulan saya bawa juga dari rumah, ini mba boleh pakai".
.
Kulihat senyum ceria dari mba sebelah saya, seraya beliau mengucapkan terima kasih.
.
2. Pulang dari acara diskusi itu, saya pesan layanan ojeg online menuju acara lainnya. Ditengah perjalanan hujan turun. Walaupun perjalanan kami tinggal hitungan menit, tapi nyatanya hujan semakin deras. Maka babang ojeg menghentikan laju motornya dan kami berteduh di warung bersama penumpang motor lainnya. Selang beberapa menit hujan agak menyurut dan babang ojeg berkata sambil menyodorkan jas hujannya,

"mba silahkan pakai jas hujan ya biar bajunya nggak kebasahan".
Karena saya tak melihat jas hujan lainnya, saya bertanya,
"Loh, mas nya gimana?"
"Ga papa mba, saya sudah biasa".
Saya berfikir sejenak seraya melihat situasi hujan. Saat itu hujan tidak terlalu deras tidak juga bisa dikatakan reda, masih rintik-rintik manjah gitu deeh...eaaa😅 dilema. Antara kasihan melihat si mamang ojeg nanti kebasahan, tapi kalo nggak dipake, apa kabar saya, masa mo ketemu orang penting bajunya basah...
Melihat saya seperti galau, mas ojeg berkata,
"Nggak papa mba pakai aja, hujannya hanya rintik kok cuma saya takut baju mba basah masuk gedung yang dituju, pasti mbaknya mo ada acara penting kan...

Maasyaa Allah ni babang ojeg baik bener🤗 Baiklah, akhirnya saya pakai jas hujan atasannya saja.

Beberapa menit kemudian sampailah saya di tempat yang dituju. Karena babang ojeg udah berbuat baik, saya juga nggak mau menyia-nyiakan ladang pahala dong hehe...
"Ambil aja kembaliannya mas, makasih banyak untuk kebaikannya".

Sesungguhnya, kebaikan yang tulus itu benar-benar akan menular😍

3. Pulang dari acara terakhir, saya naik angkot. Turun tepat di depan komplek. Jarak antara gerbang dan rumah tak begitu jauh, maka saya putuskan untuk berjalan kaki saja sambil melepas penat dengan melihat semburat senja sore hari.

Ditengah perjalanan, tepatnya taman pembatas jalan kanan dan kiri, saya melihat ranting yang cukup panjang patah sehingga patahan tersebut menutupi sebagian jalan. Wah bisa menghalangi pengguna jalan nih. Maka saya putuskan untuk mematahkan ranting tersebut dengan cara memelintirnya, diputar-putar cukup lama juga. Setelah terlepas dari pohonnya saya buang ranting tersebut ke arah lebih tengah agar tidak menghalangi para pengguna jalan.

Demikian cerita pengikat makna dari saya, semoga menjadi inspirasi dan dapat diambil hikmahnya...🙏

#Materi1
#HabituasiSejutaCinta
#IbuPtofesional